Hadits-hadits yang menjelaskan tentang pelaksanaan shalat iftitah adalah:
“Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila akan melaksanakan shalat lail, beliau memulai (membuka) shalatnya dengan (shalat) dua raka’at yang ringan-ringan.” (HR Muslim)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda: Apabila salah seorang dari kamu akan melakukan shalat lail, hendaklah memulai (membuka) shalatnya dengan dua raka’at yang ringan-ringan.” [HR Muslim]
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah saw bersabda: ‘Apabila salah seorang dari kamu akan melaksanakan shalat lail, hendAaklah ia melakukan shalat dua raka’at yang ringan-ringan.’” [HR Abu Dawud]
“Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid al-Juhany ia berkata, sungguh saya mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua raka’at yang ringan-ringan, kemudian shalat dua raka’at yang panjang (lama) sekali, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat tigabelas raka’at.” [HR Abu Dawud]
“Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid al-Juhany ia berkata, sungguh saya mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua raka’at yang ringan-ringan, kemudian shalat dua raka’at yang panjang (lama) sekali, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya,lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat tigabelas raka’at.” [HR Ibnu Majah]
“Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw. apabila akan melaksanakan shalat lail, beliau memulai shalatnya dengan (shalat) dua raka’at yang ringan-ringan.” [HR Ahmad]
“Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa, ia bertanya kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at.” [HR al-Bukhari]
“Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa, ia bertanya kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at.” [HR Muslim]
Cara Pelaksanaan Shalat Iftitah (sendiri-sendiri atau berjamaah)?
Dalam hal ini kita bisa membaca ulang bagaimana cara Rasulullah melakukan shalat iftitah. Adapun Hadits-hadits yang bisa dijadikan dasar dalam pelaksanaan shalat iftitah sebagai berikut:
Keterangan:
Hadits pertama (Hadits riwayat al-Bukhari dari ‘Aisyah) dan Hadits kedua (Hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah) menjelaskan bahwa, Ibnu Abbas pernah bermalam di tempat Maemunah, ketika waktu telah habis dua pertiga malam atau setengah malam Nabi saw bangun dari tidurnya kemudian berwudlu lalu berdiri (untuk melaksanakan shalat) dan ia (Ibnu Abbas) berdiri di sebelah kirinya dan beliau memindahkan Ibnu Abbas ke sebelah kanannya. Kemudian, beliau melaksanakan shalat dua raka’at ringan-ringan. Dan dari kedua Hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan shalat khafifatain sebagaimana pelaksanaan qiyamu Ramadlan sebelas raka’at dapat dilaksanakan secara berjamaah.
Adapun tata cara shalat iftitah adalah sebagai berikut,
1. Niat
2. Takbiratul ikhram
3. Kemudian membaca doa iftitah: “subhanadzilmulki wal malakut wal izzati wal jabarut wal kibriyai wal adhomah” (maha suci Allah, dzat yang memiliki kemuliaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan)(HR. Thabrani)
4. Membaca surat al Fatihan tanpa membaca surat-surat Al Qur’an yang lain dan dikerjakan seperti shalat-shalat wajib.
5. Kemudian melanjutkan seperti sholat-sholat wajib sebanyak 2 rakaat
6. Salam
“Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw apabila akan melaksanakan shalat lail, beliau memulai (membuka) shalatnya dengan (shalat) dua raka’at yang ringan-ringan.” (HR Muslim)
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi saw, beliau bersabda: Apabila salah seorang dari kamu akan melakukan shalat lail, hendaklah memulai (membuka) shalatnya dengan dua raka’at yang ringan-ringan.” [HR Muslim]
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata; Rasulullah saw bersabda: ‘Apabila salah seorang dari kamu akan melaksanakan shalat lail, hendAaklah ia melakukan shalat dua raka’at yang ringan-ringan.’” [HR Abu Dawud]
“Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid al-Juhany ia berkata, sungguh saya mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua raka’at yang ringan-ringan, kemudian shalat dua raka’at yang panjang (lama) sekali, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat tigabelas raka’at.” [HR Abu Dawud]
“Diriwayatkan dari Zaed bin Khalid al-Juhany ia berkata, sungguh saya mencermati shalat Rasulullah saw. pada suatu malam, beliau shalat dua raka’at yang ringan-ringan, kemudian shalat dua raka’at yang panjang (lama) sekali, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya, lalu shalat dua raka’at yang lebih pendek dari dua raka’at sebelumnya,lalu kemudian melakukan witir. Maka demikianlah, shalat tigabelas raka’at.” [HR Ibnu Majah]
“Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah saw. apabila akan melaksanakan shalat lail, beliau memulai shalatnya dengan (shalat) dua raka’at yang ringan-ringan.” [HR Ahmad]
“Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa, ia bertanya kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at.” [HR al-Bukhari]
“Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa, ia bertanya kepada ‘Aisyah ra bagaimana shalat Rasulullah saw di bulan Ramadlan. ‘Aisyah menjawab: Baik di bulan Ramadlan ataupun bukan bulan Ramadlan Rasulullah saw melakukan shalat (lail) tidak lebih dari sebelas raka’at. Beliau shalat empat raka’at; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi empat raka’at; (demikian pula) jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat tiga raka’at.” [HR Muslim]
Cara Pelaksanaan Shalat Iftitah (sendiri-sendiri atau berjamaah)?
Dalam hal ini kita bisa membaca ulang bagaimana cara Rasulullah melakukan shalat iftitah. Adapun Hadits-hadits yang bisa dijadikan dasar dalam pelaksanaan shalat iftitah sebagai berikut:
Keterangan:
Hadits pertama (Hadits riwayat al-Bukhari dari ‘Aisyah) dan Hadits kedua (Hadits riwayat Abu Dawud dari Abu Hurairah) menjelaskan bahwa, Ibnu Abbas pernah bermalam di tempat Maemunah, ketika waktu telah habis dua pertiga malam atau setengah malam Nabi saw bangun dari tidurnya kemudian berwudlu lalu berdiri (untuk melaksanakan shalat) dan ia (Ibnu Abbas) berdiri di sebelah kirinya dan beliau memindahkan Ibnu Abbas ke sebelah kanannya. Kemudian, beliau melaksanakan shalat dua raka’at ringan-ringan. Dan dari kedua Hadits tersebut dapat disimpulkan bahwa, pelaksanaan shalat khafifatain sebagaimana pelaksanaan qiyamu Ramadlan sebelas raka’at dapat dilaksanakan secara berjamaah.
Adapun tata cara shalat iftitah adalah sebagai berikut,
1. Niat
2. Takbiratul ikhram
3. Kemudian membaca doa iftitah: “subhanadzilmulki wal malakut wal izzati wal jabarut wal kibriyai wal adhomah” (maha suci Allah, dzat yang memiliki kemuliaan, kekuasaan, kebesaran dan keagungan)(HR. Thabrani)
4. Membaca surat al Fatihan tanpa membaca surat-surat Al Qur’an yang lain dan dikerjakan seperti shalat-shalat wajib.
5. Kemudian melanjutkan seperti sholat-sholat wajib sebanyak 2 rakaat
6. Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar